Sabtu, 18 Juli 2020

BEKTI PRASTYANI, S.PD.: SRA (SEKOLAH RAMAH ANAK)



SEKOLAH RAMAH ANAK

Oleh: Anik Sudarwati, S.Pd.

Hari, tanggal: Sabtu, 18 Juli 2020
Waktu: Pukul 19.00-21.00 WIB
Narasumber: Bekti Prastiyani

Paparan dari Bu Bekti: Bapak ibu yg saya hormati dan saya banggakan. SRA sudah bukan hal asing bagi kita semua. Karena program SRA sudah banyak dilakukan dan setiap daerah kota/ kabupaten layak Anak, satuan pendidikannya banyak yg menjalankan program SRA

Namun, dalam kesempatan ini ijinkn saya untuk mengupas konsep sekolah ramah anak.
Yang pertama, mengubah pola pikir kita. Awalnya dari pengajar memudian bisa menjadi pembimbing, pendidik, sahabat dan orang tua bagi anak.
Hal ini bisa kita pahami dengan cara kita menyadari bahwa secara sadar orang tua saat mengantarkan putra putrinya ke sekolah secara sadar dan kita di satuan pendidikan juga secara sadar menerima anak2. 
Dengan demikian bahwa sebenarnya kalo kita menyadari, ada hubungan yg sangat erat antara orang tua dan kita sebagai orang dewasa di sekolah. Kita di satuan penndidikan secara sadar harapannya bisa melanjutkan peran orang tua.

Jika kemudian kita bisa menjadi sahabat, orang tua bagi anak2, hal2 yg kita berikan kepada anak pastinya semua terbaik untuk anak2 kita. Tidak mungkin orang tua, sahabat anak, menyakiti anak2 kita, tidk mungkin orang tua atau sahabat akan tega membuat anak2 kita bersedih
Pada konsep yg pertama ini kemudian, bagaimana langkah kita?
Langkah kita adalah melakukan pemetaan pada anak2 yg termasuk pada kelompok rentan.
Siapa saja,,
1. Anak yg tidak mempunyai Akte
2. Anak yg korban brokenhome
3. Anak yg ditinggal bekerja ditempat jauh oleh orang tua
4. Anak yg tidak tinggal dengan ortu
5. Anak yang ditinggal berkerja full-time
6. Anak yg berada pada kelompok marjinal

Kita petakan agar kita bisa memberikan perhatian mulai dr awal, bisa memberikn perlindungan dari awal.

Kapan pemetaan dilakukan?
Lakukan disetiap awal tahun ajaran

Konsep kedua adalah orang dewasa menjadi contoh tauladan yg baik bagi anak
Anak2 adalah peniru ulung. Apa yg dilihat di dengar dan dirasakan semua bisa diserap. Yg akhirnya semua bis mempengaruhi prilaku anak.

Ini adalah beberapa contoh prilaku yg sering kita temui pada anak akibat dr prilaku yg diberikan oleh orang dewasa.
Sehingga sebaiknya dan seharusnya kita sebagai orang dewasa, jangan pernah menagihkan prilaku yg kita harapkan jika kita belum memberikan tauladan prilaku yg baiik itu.
Contoh, disatuan pendidikan anak tidak boleh merokok, namun di satuan pendidikan masih ditemuka n pendidik yg merokok.

Konsep ketiga, orang dewasa mampu memberikan perlindungan ke pada semua anak di safuan penndidikan.

Siapapun orang dewasanya yg mempunyai tupoksi di satuan pendidikan, berarti mampu berfikir memberikan perlindungan ke anak.
Penjaga kantin, mampu memberikan perlindungan dr semua makanan minuman yg bisa mengakibatkan terganggunya kesehatan anak.
Penjaga sekolah dn petugas kebersihan mampu memberikan perlindungan agar anak tetap aman, tetap selamat dari bahaya apapun yang mengancam di sekolah. Baik hewan liar, pecahan kaca atau paku yg berkarat.
Semua guru mampu memberikan perlindungan agar anak tidak merasa direndahkan, dipermalukan, dijaguhkan harga dirinya, mendapat informasi yg tidak layak yg dapag membuat anak tidak aman.
Penggunaan HP yg benar2 menjadi perhatian sekolah dalam melindungi anak2 kita dari hal2 yg merugikan masa depan anak.

Keempat, Memastikan orang keterlibatan anak dan orang tua pada 6 komponen SRA.


Ini adalah 6 komponen SRA
Yg perlu kita bahas lebih adalah komponen yg ke tiga
Proses belajar ramah anak. Tidak boleh adanya hukuman dan sangsi
Di satuan penyelenggara SRA, bahasa Hukuman dan sangsi diubah menjadi Komitmen dan konsekwensi

Ini adalah perbedaan antara disiplin yg masih sering kita lakukan dan di siplin potitif atau disiplin SRA


Rumusnya adalah
Disiplin harus, tegas harus, marah boleh, dan korban ditolong
Marah boleh?
Iya marah boleh. Tetapi marahnya yg tidak merendahkan martabat anak, tidak menjatuhkan harga diri anak, marahnya pada prilaku anak. Dan marahnya melibatkan empati atau perasaan
Kenapa demikian?
Karena setiap prilaku yg kita berikan ke anak yg mengakibatkan anak rendah diri, takut, jera, merasa di tekan, dibandingkan dan direndahkan maka yg terjadi pada tubuh adalah adanya hormon cortisol dan adrenalin yg berfungsi sebagai hormon racun. Hormon mematikan sel2 memori otak. Sehingga anak mudah melakukan prilaku yg tidk baik
Namun sebaliknya jika memberikan penghargaan, rasa kasih sayang, kelekatan, sahabat kepada anak. Yg terjadi pada tubuh adalah hormon serotonin, Dopamin yg fungsinya memperbesar otak korteks, bagian berfikir bijaksana. Bisa memahami mana yg baik dan man yg tdk baik
Kemudian korban ditolong, siapa yg dimaksud korban?

Yg dimaksud adalah anak2 yg membutuhkan kasih sayang, membutuhkan ruang, membutuhkan tempat bersandar, membutuhkan tempat bercerita. Atau bisa dikatakan anak2 pada kelompok rentan.
Nah bapak ibu...bagaimana prinsipnya dalam disiplin postitif?



Ini adalah prinsip disiplin positif
Kemudian bapak ibu yg saya banggakan
Bagaimana tahapan di SRA?


Dimulai dari MAU
Bisa dimulai dari kemauan satuan pendidikan untuk mewujudkan sekolah ramah anak.

Dengan cara memahami kebijakan SRA dengan mendapat materi kebijakan SRA kemudian membuat SK TIM, pasang papan SRA dan berkomitmen dengan semua warga sekolah dan dinas terkait. Baru menyampaikan ke dinas P3A untuk dimintakan SK ke dinas pendidikan atau kemenag.
Kemudian seperti di materi yg sudah terkirim, pemda melakukan tahap pemampuan, dengan evaluasi, bimtek, moniforing, pelatihan.
Di satuan pendidikan melaksanakan pemampuan melalui pemenuhan 6 komponen.
Syarat SRA apa??

Dan yg mendasar apa di SRA??

Mampu untuk HIJRAH HATI

Tanya jawab:
Assalamu'alaikum wr.wb.
Bu Bekti yg baik....
Saya bu Nina dari Bogor 

Bagaimana cara/kiat untuk memenuhi konsep SRA yg pertama, sementara sy mengajar 16 kelas dgn rerata 36 siswa/kls, alokasi wkt 2 jp/minggu. Bisa ibu bayangkan bgmn sulitnya berhadapan dengan 576 siswa setiap minggu.
jawab:
Waalaikumsalam wr wb 
Salam kenal ibu Nita yg baik,,,๐Ÿค—๐Ÿ™๐Ÿป

Di SRA kita berusaha mengubah cara pandang. Termasuk sesuatu yg awalnya  masalah kita ubah menjadi tantangan.

Nah yang ibu sampaikan mari kita jadikan tantangan pada diri kita. Bagaimana kita bisa memahami bahwa sesungguhnya dengan kehadiran banyak anak dihadapan kita, mereka dihadirkan oleh Allah untuk kita, agar kita mempunyai banyak kesempatan untuk berbuat banyak bagi anak2 tersebut. Kesempatan untuk menjadikan anak blm mampu menjadi mampu, menjadikan belum baik.menjadi baik, menjadikan anak belum bisa menjadi bisa.

Sehingga kita akan selalu memandang setiap anak dari celah akar pembentuk prilaku anak

Assalamualaikum 
Ijin bertanya bu bekti๐Ÿ™
Dila - Jakarta


Bagaimana bila waktu berjalan,  sekolah memyimpang dr 6 komponen SRA?  Apakah "label" SRA akan dicabut atau akan ada sanksi bagi sekolah tersebut?
jawab:
Waalaikumsalam wr wb

Salam kenal juga bu Dila๐Ÿค—

Tidak ada sebenarnya di setiap tempat itu zero kasus. Apalagi disitu anak2. Anak adalah peniru ulung, anak dalam kehidupannya adalah proses belajar, belajar dari setiap prilaku, bahasa dan sikap. Baik itu kesalahan dan kebaikan.

Kalopun kemudian satuan pendidikan tersebut sudah SRA maka, yg perlu dilakukan adalah penanganan yg cepat dan tepat. Karena SRA 99% adalah Pencegahan. Dan 1 % adalah penanganan. 100% adalah keteladanan

Assalamualaikum Bu Bekti,,saya Noralia dari Semarang. 
1.Untuk kasus pemetaan anak pada awal tahun ajaran baru, contoh teknisnya seperti apa ya Bu? Terkait untuk jumlah siswa baru yang lebih dari 250 siswa. Tidak mungkin juga ketika daftar ulang,.orang tua/anak diwawancarai satu persatu mengenai kehidupan keluarganya. 

2. Apakah esensi antara hukuman dan sangsi dengan komitmen dan konsekuensi itu sama secara pelaksanaan nya di lapangan Bu?

Mohon pencerahannya. Terimakasih
jawab:
Waalaikumsalam...
Salam kenal ibu Noralia 

Untuk jawaban no satu, praktik baik yang kami lakukan di satuan pendidikan kami adalah mengadakan asessment dan observasi dengan pelibatan orang tua. Karena memang di SRA ada 3 pilar yg tidak boleh terputus. Yaitu guru, orang tua dan siswa.

Karena kita akan melakukan semua hal untuk kepentingan terbaik anak. Maka dari awal orang tua sudah terlibat dalam pemetaan tersebut.
Jika kemudian satuan pendidikan belum mempunyai program pemetaan tersebut, bisa bekerjasama dengan DP3A setempat. Karena SRA juga wajib untuk berjejaring. Maka berjejaringlah dengan DP3A dalam proses pemetaan siswa.

Jawaban pertanyaan kedua, Di SRA tidak ada hukuman dan sangsi. Yg ada adalah komitmen dan konsekwensi. 
Segala sesuatu terkait peraturan, tata tertib dibuat secara bersama sama. 

Dan secara esensi sangat berbeda pelaksanaannya dilapangan

Assalamualaikum bunda 
Perkenalkan saya Romdiyah dari Wlingi Blitar
Sebelumnya saya sampaikan terima kasih atas semua ilmunya. Jujur saya adalah KS baru yg ditugaskan di lembaga yg ternyata sekolah tsb sdh terjaring dlm program SRA, sementara saya belum mengenal dan mengetahui SRA. 
Pertanyaan saya, apakah yg harus saya lakukan setelah lembaga terjaring SRA ya ?

Mohon pencerahannya bunda ๐Ÿ™
jawab:
Waalaikumsalam...ibu maaf๐Ÿ™๐Ÿป di materi sudah kami kirim pedomannya. Ibu bisa mempelajari langkah2 yg harus dilakukan. Kemudian komunikasi dengan DP3A  didaerah ibu๐Ÿ™๐Ÿป

Assalamu'alaikum W.W.
Perkenalkan sy Nurohmat dari Cirebon.
Terima kasih atas ilmunya bu bekti, semoga berkah selalu. Izin bertanya, Bagaimana langkah2 yg harus dilakukan oleh sekolah untuk menerapkan SRA & Adalah indikator ketercapaian implementasi SRA?
jawab:
Waalaikumsalam...
Aamiin...semoga berkah bagi kita semua.
Langkah2 ada di pedoman SRA. Ketercapaian SRA bisa kita rasakan. Dimana Anak senang, guru tenang dan orang tua bahagia

Assalamualakum.bu bekti.belajar daring untuk nerapin sekolah ramah anak byk kendala.gimanaya bu solusiya bu bekti?
jawab:
Waalaikumsalm bapak.

Kalau boleh ijin share bapak, jika kita melaksanakan program SRA selama daring banyak tantangannya, perlu kita kaji lagi. Apakah 3 pilar SRA sudah benar2 kita libatkan. Karena selama daring ini, kegiatan belajar berada dirumah. Rumah kembali berfungsi sebagi tempat belajar anak yg utama. 

Guru tetap harus hadir sebagai sosok pendidik pembimbing dan sahabat bagi anak. Biarpun anak tidak tatap muka dengan guru. 
Guru hadir pada hati anak. Ini yang sangat dibutuhkan anak2 kita. Dan ini butuh kerjasama dengan orang tua.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF