Sekilas
mengingat PBM di tahun ajaran 2019/2020, tepatnya bulan Maret 2020 kami melakukan
PBM melalui HP. Pertanyaan saya, bagaimana kita mengetahui pemahaman siswa?
Bagaimana menasihati/menegur siswa yang kurang rajin? Semua campur aduk dalam
pikiran saya, hari demi hari mencari solusi. Ternyata semua bisa diatasi. Kami
harus siap dengan perubahan ini. Semua ini terjadi karena Covid-19. Apakah
dengan terus menyalahkan Covid-19 masalah PBM akan beres dengan sendirinya?
Tentu tidak jawabannya. Nah, kreativitas guru lah saat ini yang dibutuhkan
untuk solusi PBM daring. Akhirnya saat itu saya putuskan untuk mengajar melalui
WAG. Walaupun hanya melalui WAG, tetapi saya harus mengajar dengan sepenuh hati
seperti saat di dalam kelas.
Di tahun ajaran baru 2020/2021 ini, saya harus mempersiapkan pembelajaran
yang menarik bagi siswa. Berbeda dengan tahun ajaran sebelumnya yang hanya
melalui WAG, kali ini saya melaksanakan PBM melalui Blog dan WAG.
Semua materi saya tulis melalui blog pribadi saya. Di situ
saya juga menampilkan beberapa video dari youtube yang bisa
dilihat oleh siswa untuk mendukung materi yang sedang dipelajari. Kenapa saya
menggunakan blog? Agar tulisan saya ketika mengajar tetap bisa terbaca
sampai kapanpun. Tentunya akan menjadi kenangan tersendiri buat saya yang
pernah mengajar melalui blog di masa pandemi Covid-19.
Lalu bagaimana cara saya jika ada siswa yang belum bisa memahami materi
melalui blog tersebut? Cara saya adalah menjelaskan kepada
mereka melalui pesan suara di WAG.
Selain tulisan dan video, tak lupa juga selalu saya sertakan
gambar dalam blog pembelajaran. Dengan tujuan siswa merasakan
pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan. Terkadang saya juga melatih
mereka untuk mempraktikkan nilai-nilai Pancasila di rumah. Saya suruh mereka
untuk membuat videonya, ada juga rekaman suara untuk membaca teks tertentu. Saat
membuka blog, saya meminta mereka untuk berkomentar dengan
menuliskan nama. Jadi mereka semakin semangat ketika sudah bisa mengisi kolom
komentar. Walaupun begitu, ada juga yang tidak bisa. Sudah saya mengajari
mereka, tapi namanya anak-anak dan mungkin HP mereka juga berpengaruh, jadi
saya memakluminya jika terpaksa mereka tidak bisa mengisi kolom komentar.
Setiap pagi sebelum memulai pembelajaran, saya menyapa anak-anak,
mengabsen mereka, lalu mengajak berdoa. Saya selalu mendoakan mereka agar tetap
sehat dan bahagia/ceria. Di tengah mereka belajar, saya juga memberlakukan
adanya istirahat. Biar mereka tidak jenuh, maka setelah selesai belajar satu
atau dua mata pelajaran, mereka istirahat terlebih dahulu. Setelah itu baru
dilanjutkan lagi belajarnya.
Nah, yang menjadi kendala di sini ada beberapa siswa yang HP-nya
masih gabung dengan orang tua mereka. Di mana orang tua mereka bekerja sampai
sore atau ada yang sampai malam. Saya pun memberikan kelonggaran pada mereka,
untuk belajar setelah orang tuanya pulang. Setiap hari saya suruh mereka untuk
mengirimkan foto saat belajar. Selain
untuk dokumentasi saya, mereka juga berlatih disiplin dan tanggung jawab.
Terlepas dari usaha saya mengajar mereka melalui blog dan WAG,
saya juga membuat WAG khusus untuk orang tua siswa. Jadi saya koordinasi dengan
orang tua siswa untuk mengawasi dan mendukung anak-anak dalam belajar dari
rumah.
Untuk pengumpulan tugas, saya menetapkan hari Senin dan Kamis.
Dengan aturan absen nomor 1-10 saya beri waktu jam 8 pagi. Selanjutnya absen
nomor 11-21 saya jadwalkan jam 9. Pengumpulan tugas pun tetap menerapkan
protokol kesehatan. Saya memang tidak menyuruh mereka mengumpulkan tugas
melalui WA ataupun blog, melainkan menuliskan di buku tugas mereka.
Ini saya terapkan agar tidak membebani mereka yang rumahnya masih susah signal.
Berbeda dengan tugas harian, saat ulangan saya menggunakan google form
karena nilai siswa bisa langsung terekap. Jadi bisa menghemat waktu mengoreksi
ulangan siswa. Untuk menggunakan google form saya belajar
dari youtube.
Saya juga melakukan video call dengan siswa.
Selain mengetahui kabar mereka, juga untuk melatih mereka percaya diri. Kalau
di kelas biasanya saya meminta mereka untuk presentasi di depan kelas. Sekarang
harus diganti dengan video call. Mereka pun semangat bisa
berbicara dengan gurunya melalui video, walaupun ada juga yang gerogi saat
berbicara melalui video. Ada aja tingkah mereka, tetapi saya tetap bangga terhadap
mereka. Namanya juga anak-anak, biarlah mereka tetap pada keunikan alami
mereka. Kami hanya mendidik dan membimbing mereka agar kelak menjadi generasi
penerus bangsa yang sukses dan tangguh, serta berakhlak mulia.
Itulah
pengalaman mengajar saya melalui blog
dan WAG di masa pandemi Covid-19 ini. Jadi jarak bukan masalah, belajar tetap
asyik melalui blog. Semoga tulisan
saya ini bisa menginspirasi guru di sekolah dasar.
Selamat membaca
Salam literasi