Selasa, 09 Juni 2020

BERBAGI PENGALAMAN MENERBITKAN BUKU DARI IBU EMI SUDARWATI



RESUME BELAJAR MENULIS GELOMBANG 12
Pertemuan ke-4    : Senin, 08 Juni 2020
Waktu                   : Pukul 19.00 – 21.00 WIB
Narasumber          : Emi Sudarwati, S.Pd.
Tema                     : Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku
Oleh                      : Anik Sudarwati, S.Pd.

Pada perkuliahan online belajar menulis gelombang 12 bareng Om Jay dkk yang keempat ini, kami mendapat materi dengan tema “Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku” yang akan diberikan oleh Ibu Emi Sudarwati, S.Pd. dan dipandu oleh moderator hebat Ibu Fatimah, S.Si. Sebelum ke penjelasan materi, Bu Emi memperkenalkan diri terlebih dahulu. Berikut saya sampaikan Curriculum Vitae Bu Emi.
CURRIKULUM VITAE EMI SUDARWATI
EMI SUDARWATI.  Alumni Jurusan Bahasa Daerah IKIP Negeri Surabaya tahun 1993 dan lulus tahun 1998.  Mengajar di SMPN 1 Baureno ini sejak tahun 2005.  Disamping aktif mengajar, juga telah menulis dan menerbitkan beberapa karya sastra Jawa dan Sastra Indonesia.  Editor lebih dari 250 buku karya siswa dan guru Indonesia.
Sebagai PJ Budaya Lingkungan dan Pembiasaan Sekolah, aktf sebagai pembina majalah siswa Bhakti  sampai saat ini, Penggagas perpustakaan mini di kelas IXF, dan mengupayakan pengembangan diri Teater Bhakti.  Pengurus MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Bojonegoro ini juga sebagai salah Guru Ahli di Pusat Belajar Guru Kabupaten Bojonegoro.
Beliau novel berjudul Ngilon (2014), Novel Kinanthi (2017), Rona Hidup (2018),  Petualangan Siswa Indigo (2019), Novel Sujud Sangisore Talang Mas, dan Kumpulan Esai Menulis dan Menerbitkan Buku untuk Keliling Nusantara dan Dunia (2019).  Bergabung dengan Persatuan Masyarakan Budaya Nasional Indonesia (PERMADANI).  Pengelola TBM Kinathi ini juga pimpinan Grup Patungan Buku Inspiratif, yang sudah menerbitkan hampir 400 buku ber isbn.  Pada Tanggal 28 Oktober 2015, mendapat penghargaan dari Balai Bahasa Jawa Timur sebagai Guru Bahasa Jawa Kreatif.  Pada tahun yang sama, juga mendapat penghargaan sebagai finalis Lomba Inovasi Pembelajaran Tingkat Nasional. 
Pada tahun 2016, sebagai juara III Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Bojonegoro. Pada tahun yang sama, juga sebagai juara I Lomba Inovasi Pembelajaran Tingkat Nasional, kategoro SORAK (Seni, Olah raga, Agama dan Muatan lokal, dan Bimbingan Konseling).  Prestasi ini yang mengantarnya berkunjung ke negeri Kincir Angin Belanda.  Mempelajari sistem pendidikan yang ada di Universitas Windesheim dan Iclon Universitas Leiden.  Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik di Hollan dan Nederlands.
Beliau menceritakan tentang buku terbarunya serta proses penerbitannya. Buku dengan judul “Menulis dan Menerbitkan Buku untuk Keliling Nusantara dan Dunia”.
Seperti di bawah ini Bu Emi menceritakan pengalaman menerbitkan buku:
Pada tahun 2013.  Beliau bergabung dengan sebuah kelompok beliau di Bojonegoro.  Namanya PSJB (Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro).  Di sana beliau banyak berjumpa dan berkenalan dengan penulis-penulis senior.  Dari orang-orang hebat di dunia tulis-menulis itu, akhirnya beliau mendapatkan pencerahan.  Bahwa karya siswa yang sudah terkumpul bisa diterbitkan dengan ISBN (Internsional Standart Book Nomber).
Pada awal tahun 2014 ini terbitlah Kumpulan Cerkak karya Ibu Emi Sudarwati dan Siswa SMPN 1 Baureno dengan judul buku LUNG. Pada penghujung tahun 2014.  Kembali bekerja sama dengan PSJB, beliau menerbitkan buku karya Ibu Emi Sudarwati dan Siswa SMPN 1 Baureno.  Tidak berhenti sampai di situ.  Karya-karya ini juga mendapat sambutan baik dari kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, bahkan bupati Bojonegoro saat itu.
Buku karya Ibu Emi Sudarwati dan siswa SMPN 1 Baureno  menjadi inspirasi bagi banyak sekolah.  Bukan hanya di Bojonegoro, namun juga di Kabupaten lain.  Sehingga sering diwawancara wartawan berbagai media,  baik cetak maupun online.  Akhirnya beliau bisa tampil di berbagai media tanpa harus membayar sepeserpun.
Pada tahun 2015 ini, beliau ditugaskan untuk mengikuti lomba inobel tingkat nasional.  Awalnya beliau ada rasa tidak percaya diri.  Namun karena Bapak Edy Dwi Susanto selaku kepala sekolah waktu itu tidak henti memberikan semangat dan motivasi.  Akhirnya beliau mengirimkan karya inovasi, meskipun dengan setengah hati.
Namun tidak disangka, ternyata dapat panggilan sebagai finalis inobelnas.  Bersama 102 guru dari seluruh Indonesia, beliau diundang ke Jakarta untuk presentasi.  Ternyata bukan hanya presentasi, tetapi ada ujian tulis juga.  Seusai lomba, seluruh finalis diajak berwisata di Dufan.  Meskipun belum mendapat juara, namun beliau sudah cukup bangga, bisa belajar bersama guru-guru hebat dari seluruh tanah air.
Di samping itu, beliau juga mendapat rekomemdasi dari PSJB untuk mengikuti sayembara di BBJT.  PSJB adalah kepanjangan dari Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro.  Sedangkan BBJT kepanjangan dari Balai Bahasa Jawa Timur.  Lembaga tersebut, setiap tahun mengadakan sayembara, yaitu pemilihan sanggar sastra, karya sastra Indonesia, karya sastra Jawa, dan guru bahasa berdedikasi.
Beliau sangat bersyukur  mendapat anugrah sebagai guru Bahasa Jawa Berdedikasi.  Hal ini disebabkan karena sudah menerbitkan beberapa buku karya sastra siswa.  Semua itu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru lain untuk lebih berinovasi lagi.  Dengan status baru ini, beliau merasa memiliki tanggung jawab moral, agar lebih giat menularkan virus literasi di manapun juga.  Bukan hanya untuk siswa, namun juga untuk sesama guru.  Bukan hanya di Bojonegoro saja, tetapi sampai ke luar daerah.
Pada tahin 2016, beliau ditugaskan mengikuti seleksi guru prestasi tingkat Kabupaten Bojonegoro.  Sebenarnya saat itu sudah untuk yang ke dua kalinya.  Karena banyak guru menolak mengikuti seleksi tersebut, akhirnya beliau ditugaskan lagi.  Ternyata tidak sia-sia.  Karena bisa menduduki juara ke tiga dari tiga puluhan peserta.
Pada tahun yang sama, beliau kembali mengirimkan karya inobel.  Kali ini bukan atas inisiatif  bapak kepala sekolah, tetapi keinginan beliau sendiri.  Karena pengalaman tahun 2015 lalu begitu menginspirasi.  Kali ini bukan karya baru.  Namun karya lama yang diedit, dengan tambahan sesuai yang diberikan oleh dewan juri.  Alhasil, mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK (Seni, Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).
Tidak lama seusai lomba, beliau mendapat panggilan untuk short Course di Negeri Belanda.  Belajar sistem pendidikan di negri kaum penjajah yang super maju itu.  Berkunjung ke dua universitas terbaik, yaitu Windesheim dan Leiden.  Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik, yaitu Van Der Capellen dan lain-lain.  Bukan hanya itu, semua peserta diajak berwisata ke Volendam, menyusuri Kanal Amsterdam dan mampir ke Brussel-Belgia. Sepulang dari Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop menulis jurnal di Kota Bali.
Lagi-lagi, di samping belajar juga bisa berwisaya keliling kota terindah di negeri ini.  Kali ini, semua peserta mendapat materi merubah naskah inobel menjadi jurnal.  Tentu ini bukan hal kecil, karena naskah tersebut akan dimuat dalam jurnal berkelas nasional.  Nama jurnalnya adalah DEDAKTIKA.
Tahun 2017 beliau diundang untuk mengikuti workshop Literasi di Kota Batam.  Tidak ingin melewatkan kesempatan, beberapa peserta menyempatkan mampir ke negara tetangga, yaitu Singapura.  Sehari di kota lion, melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura. Bukan aji mumpung atau apa, hanya tidak ingin melewatkan kesempatan baik.  Kapan lagi seorang guru bisa jalan-jalan ke Singapura, kalau bukan memanfaatkan kesempatan baik tersebut. Kebetulan juga bertepatan dengan liburan sekolah, jadi sama sekali tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Paska menyandang predikat juara I inobelnas, beliau belum boleh lagi mengikuti lomba yang sama.  Tentu dalam waktu yang belum bisa diprediksi.  Oleh karena itu, beliau tidak ingin kesepian.  Lalu mengajak teman-teman alumni finalis inobelnas untuk menulis bersama dalam satu buku.  Beliau menyebutnya dengan istilah Patungan Buku Inspiratif.
Bukan hanya karya yang bersifat ilmiah.  Namun dalam grup tersebut juga menerbitkan kumpulan cerita inspiratif,  berbagi pengalaman mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih banyak lagi buku-buku lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan bukan hanya menerbitkan buku-buku patungan.  Namun saat ini lebih banyak menerbitkan SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI (Satu Buku Siswa Indonesia).
Tahun 2018 ratusan buku lahir dari grup Patungan Buku Guru Inspiratif.  Karena sejak tahun 2018 ini lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup dirubah.  Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif (PBI).  Beberapa undangan dari daerah-daerah lain mulai berdatangan.  Misalkan dari Kota Bogor, Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta dan lain-lain.  Akhirnya beliau berinisiatif, hanya menerima undangan sebagai nara sumber pada Hari Sabtu-Minggu atau Jumat sore.
Sedang di Bojonegoro sendiri, beliau aktif sebagai Guru Ahli (GA) di Pusat Belajar Guru (PBG).  Setiap saat harus siap menerima panggilan sebagai pemateri seminar maupun pelatihan.  Juga sebagai juri dalam lomba-lomba guru.  Tempatnya bisa di PBG pusat atau di PBG kecamatan. Selain di PBG, juga beliau juga aktif di PGRI.  Yaitu sebagai juri lomba Guru menulis dan pelatihan menulis buku.  Memotivasi guru-guru Bojonegoro agar lebih inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif dalam menulis. 
Menghimbau agar guru-guru lebih sering mengirimkan hasil karya ke media.  Jangan berharap sekali kirim pasti tayang atau dimuat.  Namun harus bersabar, terus-menerus mengirim naskah.  Lama kelamaan pasti dimuat juga. Bukan karena penerbit merasa kasihan, tapi memang pengalaman menulis itu sangat diperlukan.  Dengan terus-menerus mengirim naskah, berarti sudah terus menerus belajar menulis pula.  Dari proses tersebut kita belajar.  Belajar meminimalisir kekesalahan.
Tahun 2019 beliau mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku.  Karya ini ditulis berdua dengan suami.  Semoga dengan lahirnya buku tersebut, ikatan pernikahan beliau dengan suami semakin bahagia. Selanjutnya, di tahun yang sama.  Beliau ingin menerbitkan 2 buku tunggal dan beberapa buku patungan.  Buku tunggal yang pertama berbahasa jawa, yaitu pengalaman selama haji dan umrah.  Sedangkan buku tunggal yang kedua adalah ini,  Menulis dan menerbitkan Buku sampai Keliling Nusantara dan Dunia. Beliau bersyukur impian itu bisa menjadi nyata.
Adapun untuk patungan, seperti biasa saja.  Yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno dan bersama grup Patungan Buku Inspiratif.  Juga menulis bersama penerbit Pustaka Ilalang. Saat ini beliau konsentrasi mengelola TBM Kinanthi. Untuk penerbitan buku. Saya kerja sama dengan Majas Grup (Penerbit Majas, Dwi Putra Jawa, dan Praktek Mandiri). SaGuSaBu (Satu Guru Satu Buku) & SaSis SaBu (Satu Siswa Satu Buku).

Paras cantik, anggun nan kreatif inspiratif begitu yang ada di benak saya ketika melihat foto Bu Emi Sudarwati. Sungguh luar biasa pengalaman Bu Emi dalam menulis dan menerbitkan buku hingga menjadi juara 1 lomba inobelnas. Setelah selesai menceritakan proses penerbitan buku beliau tadi, kemudian dilanjut dengan sesi tanya jawab. Dalam sesi tanya jawab ini ada banyak pertanyaan dari para peserta yang diberikan kepada Bu Emi. Bu Emi pun dengan senang hati menjawab semua pertanyaan dari para peserta belajar menulis ini.
            Berikut saya sampaikan beberapa pertanyaan yang diberikan kepada Bu Emi.
1. Bagaimana awal mulanya ibu membuat buku ....apakah punya ide tersendiri atau Bagaimana? Dari Jeferson Bandung Iawa Barat
Jawab: Baik Pak.  Awal tahun 2013 saya sudah kepikiran ingin Menerbitkan Buku.  Tapi belum tahu caranya.   Untunglah akhir tahun 2013 dipertemukan dengan Kawan-kawan PSJB.  Sehingga tahun 2014 terbit buku perdana bersama siswa.  Karena saya tidak mau sukses sendirin.  Saya ingin siswa desa pun bisa dikenal.
Selanjutnya akan saya sampaikan beberapa pertanyaan yang erat hubungannya dengan guru dan siswa dalam pembelajaran agar dapat membangkitkan minat siswa dalam membaca dan menulis.
2. Bagaimana konsep dasar yang ibu berikan kepada anak-anak agar anak-anak kita senang dan mau menulis, hingga bisa Sasis Sabu? Dari Pak Nengah dari Bali
Jawab: Baik.  Selam kenal Bapak Nengah.
Sebelum mulai pelajaran, saya minta 1 siswa membaca cerita.   Lalu yang lain mendengarkan.   Setelah itu semua membuat ringkasan cerita.  Kemudian secara acak mereka membaca ringkasan cerita di depan kelas. Lama-lama akan terbangun kultur membaca dan lalu menulis.
3. Ibu, bagaimana cara Ibu membangkitkan minat siswa untuk menulis sehingga dapat menghasilkan Buku Bersama Siswa? Dari Rasito, guru dari Banyumas.
Jawab: Bu Rosita.  Senang berkenalan dengan ibu. 
Membaca dan menulis itu butuh latihan agar menjadi kebiasaan.
Jadi awalnya sedikit saya paksa anak untuk mendengarkan cerita dan menulis ringkasan cerita. Lalu membacakan di depan teman-temannya. Kalau tidak mendengarkan kan tidak dapat menulis ringkasan.   Pasti malu lah pas ditunjuk untuk baca ringkasannya. Lama-lama menjadi kebiasaan.
4. Apa kiat-kiat yang harus saya lakukan agar bisa  merangkai kalimat, Bu Emy? Saya sangat susah jika harus merangkai kalimat apalagi jika setiap kalimat itu mau dipadukan menjadi sebuah paragraf. Dari: Marnawati, Tanah Bumbu-Kalsel
Jawab: Ok Bu Marwati.
Agar bisa merangkai kata dengan baik ada bebera langkah:
1. Baca
2. Baca
3. Baca
Jadi harus banyak membaca.
4. Tulis
5. Edit
Semua perlu pembiasaan.   Karena menulis itu ketrampilan.  Jadi bisa dipelajari dan dibiasakan.  
Demikian beberapa pertanyaan yang saya sebutkan di sini, karena banyaknya pertanyaan jadi tidak biasa saya sebutkan semuanya. Setelah selesai sesi tanya jawab, lanjut Bu Emi memberikan simpulan dari materi yang telah beliau berikan. Beliau menyimpulkan bahwa:

Buku adalah bukti sejarah.  Merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini.  Oleh karena itu, saya ingin mengabadikan setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah buku.  Setiap karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri.  Semoga buku sederhana ini mengispirasi banyak orang. Nuwun nuwun rahayu.

Dari semua yang telah dijelaskan oleh Bu Emi, saya menyimpulkan bahwa kita harus selalu belajar menulis dan menulis setiap hari walau hanya beberapa menit saja dalam sehari. Menulis harus dilakukan secara rutin agar menjadi kebiasaan. Untuk dapat menulis juga kita harus selalu membaca, membaca, dan membaca agar pengetahuan kita semakin banyak. Semakin banyak kita menulis, maka semakin banyak pula kita berlatih dan akhirnya dengan niat yang sungguh-sungguh semoga kita semua khususnya para guru peserta belajar menulis gelombang 12 bareng Om Jay dkk ini kelak dapat menulis dan menghasilkan suatu karya. Aamiin Ya Robbal’alamin….
Demikian resume yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaafkan. Terima kasih Bu Emi yang telah berbagi pengalaman kepada kami serta menginspirasi kami untuk selalu semangat menulis setiap hari.

Anik Sudarwati, S.Pd.
Salam literasi, semangat menulis..

30 komentar:

  1. bu emi ini guru yang sangat inspiratif dan ratusan karyanya sdh tersebar ke manca negara, tapi orangnya selalu rendah hati dan membuat saya berdecak kagum dengan prestasinya.

    BalasHapus
  2. Iya Om Jay..saya sampai terheran karya Bu Emi sudah begitu banyaknya sampai ratusan buku..
    semoga kami bisa tertular virus literasinya..meski masih belajar

    BalasHapus
  3. lengkap resumenya bun...
    mantap...

    BalasHapus
  4. lengkap sekali bu....bgus sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih...mari semangat belajar Ibu fitrida..

      Hapus
  5. Blognya cantik.. Tulisan dikemas dengan apik. Lengkap, padat, bermakna. Makin semangat lihat tulisan bu Anik.

    BalasHapus
  6. Keren dan lengkap... Mantap bu Anik..

    BalasHapus
  7. Lengkap dan hebat... siap tetbit buku nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alahmdulillah Bu Aning, semoga ada kebaikan di balikan semua ini..

      Hapus
  8. Setiap karya buku akan menemukan takdirnya sendiri maka menulislah

    BalasHapus
  9. Setiap karya buku akan menemukan takdirnya sendiri maka menulislah

    BalasHapus
  10. Balasan
    1. Allahmdulillah...senangnya disapa Bu Emi yang inspiraatif. Terima kasi Bu..siap lanjutkan 🥰🥰🥰

      Hapus
  11. Komen ku hanya 1 kata "MANTULLLL..."

    BalasHapus
  12. Masya Allah resume nya lengkap bu🥰 luar biasa😍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bu Latifah..semangat Bu Latif..🥰🥰

      Hapus

Modul Ajar