Oleh : Anik Sudarwati, S.Pd.
Pada perkuliahan online belajar menulis
gelombang 12 bareng Om Jay dkk yang keempat ini, kami mendapat materi dengan tema “Berbagi Pengalaman
Menerbitkan Buku” yang akan diberikan oleh Ibu Emi Sudarwati, S.Pd. dan dipandu
oleh moderator hebat Ibu Fatimah, S.Si. Sebelum ke penjelasan materi, Bu Emi
memperkenalkan diri terlebih dahulu. Berikut saya sampaikan
Curriculum Vitae Bu Emi.
CURRIKULUM VITAE EMI SUDARWATI
EMI
SUDARWATI. Alumni Jurusan Bahasa Daerah
IKIP Negeri Surabaya tahun 1993 dan lulus tahun 1998. Mengajar di SMPN 1 Baureno ini sejak tahun
2005. Disamping aktif mengajar, juga
telah menulis dan menerbitkan beberapa karya sastra Jawa dan Sastra
Indonesia. Editor lebih dari 250 buku
karya siswa dan guru Indonesia.
Sebagai
PJ Budaya Lingkungan dan Pembiasaan Sekolah, aktf sebagai pembina majalah siswa
Bhakti sampai saat ini, Penggagas perpustakaan mini
di kelas IXF, dan mengupayakan pengembangan diri Teater Bhakti. Pengurus MGMP Bahasa Jawa Kabupaten
Bojonegoro ini juga sebagai salah Guru Ahli di Pusat Belajar Guru Kabupaten
Bojonegoro.
Beliau
novel berjudul Ngilon (2014), Novel
Kinanthi (2017), Rona Hidup (2018),
Petualangan Siswa Indigo (2019), Novel Sujud Sangisore Talang Mas, dan
Kumpulan Esai Menulis dan Menerbitkan Buku untuk Keliling Nusantara dan Dunia
(2019). Bergabung dengan Persatuan
Masyarakan Budaya Nasional Indonesia (PERMADANI). Pengelola TBM Kinathi ini juga pimpinan Grup
Patungan Buku Inspiratif, yang sudah menerbitkan hampir 400 buku ber isbn. Pada Tanggal 28 Oktober 2015, mendapat
penghargaan dari Balai Bahasa Jawa Timur sebagai Guru Bahasa Jawa Kreatif. Pada tahun yang sama, juga mendapat
penghargaan sebagai finalis Lomba Inovasi Pembelajaran Tingkat Nasional.
Pada
tahun 2016, sebagai juara III Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Bojonegoro. Pada
tahun yang sama, juga sebagai juara I Lomba Inovasi Pembelajaran Tingkat
Nasional, kategoro SORAK (Seni, Olah raga, Agama dan Muatan lokal, dan
Bimbingan Konseling). Prestasi ini yang
mengantarnya berkunjung ke negeri Kincir Angin Belanda. Mempelajari sistem pendidikan yang ada di
Universitas Windesheim dan Iclon Universitas Leiden. Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik di
Hollan dan Nederlands.
Beliau menceritakan
tentang buku terbarunya serta proses penerbitannya. Buku dengan judul “Menulis
dan Menerbitkan Buku untuk Keliling Nusantara dan Dunia”.
Seperti di bawah ini Bu Emi menceritakan pengalaman menerbitkan buku:
Pada tahun 2013.
Beliau bergabung dengan sebuah kelompok beliau di Bojonegoro. Namanya PSJB (Pamarsudi Sastra Jawi
Bojonegoro). Di sana beliau banyak
berjumpa dan berkenalan dengan penulis-penulis senior. Dari orang-orang hebat di dunia tulis-menulis
itu, akhirnya beliau mendapatkan pencerahan.
Bahwa karya siswa yang sudah terkumpul bisa diterbitkan dengan ISBN
(Internsional Standart Book Nomber).
Pada awal tahun 2014 ini terbitlah Kumpulan Cerkak
karya Ibu Emi Sudarwati dan Siswa SMPN 1 Baureno dengan judul buku LUNG. Pada
penghujung tahun 2014. Kembali bekerja
sama dengan PSJB, beliau menerbitkan buku karya Ibu Emi Sudarwati dan Siswa
SMPN 1 Baureno. Tidak berhenti sampai di
situ. Karya-karya ini juga mendapat
sambutan baik dari kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, bahkan bupati
Bojonegoro saat itu.
Buku karya Ibu Emi Sudarwati dan siswa SMPN 1
Baureno menjadi inspirasi bagi banyak
sekolah. Bukan hanya di Bojonegoro,
namun juga di Kabupaten lain. Sehingga
sering diwawancara wartawan berbagai media,
baik cetak maupun online.
Akhirnya beliau bisa tampil di berbagai media tanpa harus membayar
sepeserpun.
Pada tahun 2015 ini, beliau ditugaskan untuk mengikuti
lomba inobel tingkat nasional. Awalnya beliau
ada rasa tidak percaya diri. Namun
karena Bapak Edy Dwi Susanto selaku kepala sekolah waktu itu tidak henti
memberikan semangat dan motivasi.
Akhirnya beliau mengirimkan karya inovasi, meskipun dengan setengah
hati.
Namun tidak disangka, ternyata dapat panggilan
sebagai finalis inobelnas. Bersama 102
guru dari seluruh Indonesia, beliau diundang ke Jakarta untuk presentasi. Ternyata bukan hanya presentasi, tetapi ada
ujian tulis juga. Seusai lomba, seluruh
finalis diajak berwisata di Dufan.
Meskipun belum mendapat juara, namun beliau sudah cukup bangga, bisa
belajar bersama guru-guru hebat dari seluruh tanah air.
Di samping itu, beliau juga mendapat rekomemdasi
dari PSJB untuk mengikuti sayembara di BBJT.
PSJB adalah kepanjangan dari Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro. Sedangkan BBJT kepanjangan dari Balai Bahasa
Jawa Timur. Lembaga tersebut, setiap
tahun mengadakan sayembara, yaitu pemilihan sanggar sastra, karya sastra
Indonesia, karya sastra Jawa, dan guru bahasa berdedikasi.
Beliau sangat bersyukur mendapat anugrah sebagai guru Bahasa Jawa
Berdedikasi. Hal ini disebabkan karena
sudah menerbitkan beberapa buku karya sastra siswa. Semua itu diharapkan dapat menjadi inspirasi
bagi guru-guru lain untuk lebih berinovasi lagi. Dengan status baru ini, beliau merasa
memiliki tanggung jawab moral, agar lebih giat menularkan virus literasi di
manapun juga. Bukan hanya untuk siswa,
namun juga untuk sesama guru. Bukan
hanya di Bojonegoro saja, tetapi sampai ke luar daerah.
Pada tahin 2016, beliau ditugaskan mengikuti seleksi
guru prestasi tingkat Kabupaten Bojonegoro.
Sebenarnya saat itu sudah untuk yang ke dua kalinya. Karena banyak guru menolak mengikuti seleksi
tersebut, akhirnya beliau ditugaskan lagi. Ternyata tidak sia-sia. Karena bisa menduduki juara ke tiga dari tiga
puluhan peserta.
Pada tahun yang sama, beliau kembali mengirimkan
karya inobel. Kali ini bukan atas
inisiatif bapak kepala sekolah, tetapi
keinginan beliau sendiri. Karena pengalaman
tahun 2015 lalu begitu menginspirasi.
Kali ini bukan karya baru. Namun
karya lama yang diedit, dengan tambahan sesuai yang diberikan oleh dewan juri. Alhasil, mendapat juara 1 inobelnas kategori
SORAK (Seni, Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).
Tidak lama seusai lomba, beliau mendapat panggilan
untuk short Course di Negeri Belanda.
Belajar sistem pendidikan di negri kaum penjajah yang super maju
itu. Berkunjung ke dua universitas
terbaik, yaitu Windesheim dan Leiden.
Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik, yaitu Van Der Capellen dan
lain-lain. Bukan hanya itu, semua
peserta diajak berwisata ke Volendam, menyusuri Kanal Amsterdam dan mampir ke
Brussel-Belgia. Sepulang dari Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop
menulis jurnal di Kota Bali.
Lagi-lagi, di samping belajar juga bisa berwisaya
keliling kota terindah di negeri ini.
Kali ini, semua peserta mendapat materi merubah naskah inobel menjadi
jurnal. Tentu ini bukan hal kecil,
karena naskah tersebut akan dimuat dalam jurnal berkelas nasional. Nama jurnalnya adalah DEDAKTIKA.
Tahun 2017 beliau diundang untuk mengikuti workshop
Literasi di Kota Batam. Tidak ingin
melewatkan kesempatan, beberapa peserta menyempatkan mampir ke negara tetangga,
yaitu Singapura. Sehari di kota lion,
melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura. Bukan aji mumpung atau
apa, hanya tidak ingin melewatkan kesempatan baik. Kapan lagi seorang guru bisa jalan-jalan ke
Singapura, kalau bukan memanfaatkan kesempatan baik tersebut. Kebetulan juga
bertepatan dengan liburan sekolah, jadi sama sekali tidak mengganggu kegiatan
belajar-mengajar di sekolah.
Paska menyandang predikat juara I inobelnas, beliau
belum boleh lagi mengikuti lomba yang sama.
Tentu dalam waktu yang belum bisa diprediksi. Oleh karena itu, beliau tidak ingin
kesepian. Lalu mengajak teman-teman
alumni finalis inobelnas untuk menulis bersama dalam satu buku. Beliau menyebutnya dengan istilah Patungan
Buku Inspiratif.
Bukan hanya karya yang bersifat ilmiah. Namun dalam grup tersebut juga menerbitkan
kumpulan cerita inspiratif, berbagi
pengalaman mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih banyak lagi
buku-buku lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan bukan hanya
menerbitkan buku-buku patungan. Namun
saat ini lebih banyak menerbitkan SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI
(Satu Buku Siswa Indonesia).
Tahun 2018 ratusan buku lahir dari grup Patungan
Buku Guru Inspiratif. Karena sejak tahun
2018 ini lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup dirubah. Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif
(PBI). Beberapa undangan dari
daerah-daerah lain mulai berdatangan.
Misalkan dari Kota Bogor, Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta
dan lain-lain. Akhirnya beliau
berinisiatif, hanya menerima undangan sebagai nara sumber pada Hari
Sabtu-Minggu atau Jumat sore.
Sedang di Bojonegoro sendiri, beliau aktif sebagai
Guru Ahli (GA) di Pusat Belajar Guru (PBG).
Setiap saat harus siap menerima panggilan sebagai pemateri seminar
maupun pelatihan. Juga sebagai juri
dalam lomba-lomba guru. Tempatnya bisa
di PBG pusat atau di PBG kecamatan. Selain di PBG, juga beliau juga aktif di
PGRI. Yaitu sebagai juri lomba Guru
menulis dan pelatihan menulis buku.
Memotivasi guru-guru Bojonegoro agar lebih inovatif dalam mengajar, dan
lebih kreatif dalam menulis.
Menghimbau agar guru-guru lebih sering mengirimkan
hasil karya ke media. Jangan berharap
sekali kirim pasti tayang atau dimuat.
Namun harus bersabar, terus-menerus mengirim naskah. Lama kelamaan pasti dimuat juga. Bukan karena
penerbit merasa kasihan, tapi memang pengalaman menulis itu sangat
diperlukan. Dengan terus-menerus
mengirim naskah, berarti sudah terus menerus belajar menulis pula. Dari proses tersebut kita belajar. Belajar meminimalisir kekesalahan.
Tahun 2019 beliau mengawali terbitnya buku Kado
Cinta 20 Tahun dan Haiku. Karya ini
ditulis berdua dengan suami. Semoga
dengan lahirnya buku tersebut, ikatan pernikahan beliau dengan suami semakin
bahagia. Selanjutnya, di tahun yang sama.
Beliau ingin menerbitkan 2 buku tunggal dan beberapa buku patungan. Buku tunggal yang pertama berbahasa jawa,
yaitu pengalaman selama haji dan umrah. Sedangkan buku tunggal yang kedua adalah
ini, Menulis dan menerbitkan Buku sampai
Keliling Nusantara dan Dunia. Beliau bersyukur impian itu bisa menjadi nyata.
Adapun untuk patungan, seperti biasa saja. Yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno
dan bersama grup Patungan Buku Inspiratif.
Juga menulis bersama penerbit Pustaka Ilalang. Saat ini beliau
konsentrasi mengelola TBM Kinanthi. Untuk penerbitan buku. Saya kerja sama
dengan Majas Grup (Penerbit Majas, Dwi Putra Jawa, dan Praktek Mandiri). SaGuSaBu
(Satu Guru Satu Buku) & SaSis SaBu (Satu Siswa Satu Buku).
Paras
cantik, anggun nan kreatif inspiratif begitu yang ada di benak saya ketika
melihat foto Bu Emi Sudarwati. Sungguh luar biasa pengalaman Bu Emi dalam menulis dan
menerbitkan buku hingga menjadi juara 1 lomba inobelnas. Setelah selesai menceritakan
proses penerbitan buku beliau tadi, kemudian dilanjut dengan sesi tanya jawab. Dalam
sesi tanya jawab ini ada banyak pertanyaan dari para peserta yang diberikan
kepada Bu Emi. Bu Emi pun dengan senang hati menjawab semua pertanyaan dari
para peserta belajar menulis ini.
Berikut saya sampaikan beberapa pertanyaan yang diberikan
kepada Bu Emi.
1. Bagaimana awal mulanya ibu membuat buku ....apakah punya
ide tersendiri atau Bagaimana? Dari Jeferson Bandung Iawa Barat
Jawab: Baik Pak. Awal tahun
2013 saya sudah kepikiran ingin Menerbitkan Buku. Tapi belum tahu caranya. Untunglah akhir tahun 2013 dipertemukan
dengan Kawan-kawan PSJB. Sehingga tahun
2014 terbit buku perdana bersama siswa.
Karena saya tidak mau sukses sendirin.
Saya ingin siswa desa pun bisa dikenal.
Selanjutnya akan
saya sampaikan beberapa pertanyaan yang erat hubungannya dengan guru dan siswa
dalam pembelajaran agar dapat membangkitkan minat siswa dalam membaca dan
menulis.
2. Bagaimana konsep dasar yang ibu berikan
kepada anak-anak agar anak-anak kita senang dan mau menulis, hingga bisa Sasis
Sabu? Dari Pak Nengah dari Bali
Jawab: Baik. Selam kenal Bapak Nengah.
Sebelum mulai
pelajaran, saya minta 1 siswa membaca cerita.
Lalu yang lain mendengarkan.
Setelah itu semua membuat ringkasan cerita. Kemudian secara acak mereka membaca ringkasan
cerita di depan kelas. Lama-lama akan terbangun kultur membaca dan lalu
menulis.
3. Ibu, bagaimana cara Ibu membangkitkan
minat siswa untuk menulis sehingga dapat menghasilkan Buku Bersama Siswa? Dari Rasito,
guru dari Banyumas.
Jawab: Bu Rosita. Senang berkenalan dengan ibu.
Membaca dan menulis itu
butuh latihan agar menjadi kebiasaan.
Jadi awalnya sedikit
saya paksa anak untuk mendengarkan cerita dan menulis ringkasan cerita. Lalu
membacakan di depan teman-temannya. Kalau tidak mendengarkan kan tidak dapat
menulis ringkasan. Pasti malu lah pas ditunjuk
untuk baca ringkasannya. Lama-lama menjadi kebiasaan.
4. Apa
kiat-kiat yang harus saya lakukan agar bisa
merangkai kalimat, Bu Emy? Saya sangat susah jika harus merangkai
kalimat apalagi jika setiap kalimat itu mau dipadukan menjadi sebuah paragraf. Dari:
Marnawati, Tanah Bumbu-Kalsel
Jawab: Ok Bu Marwati.
Agar bisa merangkai
kata dengan baik ada bebera langkah:
1. Baca
2. Baca
3. Baca
Jadi harus banyak
membaca.
4. Tulis
5. Edit
Semua perlu
pembiasaan. Karena menulis itu
ketrampilan. Jadi bisa dipelajari dan
dibiasakan.
Demikian beberapa
pertanyaan yang saya sebutkan di sini, karena banyaknya pertanyaan jadi tidak biasa saya sebutkan semuanya. Setelah selesai sesi tanya jawab, lanjut Bu Emi
memberikan simpulan dari materi yang telah beliau berikan. Beliau menyimpulkan
bahwa:
Buku adalah
bukti sejarah. Merupakan catatan bahwa
kita pernah hidup di dunia ini. Oleh
karena itu, saya ingin mengabadikan setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah
buku. Setiap karya pasti akan menemukan
takdirnya sendiri. Semoga buku sederhana
ini mengispirasi banyak orang. Nuwun nuwun rahayu.
Dari
semua yang telah dijelaskan oleh Bu Emi, saya menyimpulkan bahwa kita harus selalu
belajar menulis dan menulis setiap hari walau hanya beberapa menit saja dalam
sehari. Menulis harus dilakukan secara rutin agar menjadi kebiasaan. Untuk dapat
menulis juga kita harus selalu membaca, membaca, dan membaca agar pengetahuan
kita semakin banyak. Semakin banyak kita menulis, maka semakin banyak pula kita
berlatih dan akhirnya dengan niat yang sungguh-sungguh semoga kita semua
khususnya para guru peserta belajar menulis gelombang 12 bareng Om Jay dkk ini
kelak dapat menulis dan menghasilkan suatu karya. Aamiin Ya Robbal’alamin….
Demikian
resume yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaafkan. Terima kasih
Bu Emi yang telah berbagi pengalaman kepada kami serta menginspirasi kami untuk
selalu semangat menulis setiap hari.
Anik Sudarwati, S.Pd.
Salam literasi, semangat menulis..