Jumat, 03 Juli 2020

Dr. Ngainun Naim: Mari Produktif Menulis



RESUME BELAJAR MENULIS GELOMBANG 12

 Pertemuan ke-15 : Jumat, 3 Juli 2020
 Waktu : Pukul 19.00-21.00 WIB
 Narasumber : Dr. Ngainun Naim
 Tema : Mari Kita Produktif Menulis
 Oleh : Anik Sudarwati, S.Pd.

Selamat Bapak/Ibu Guru hebat di seluruh Indonesia. Kali ini saya akan membagikan resume dari kegiatan belajar menulis bareng Om Jay, PGRI, dan Penerbit Andi Yogyakarta. Malam ini pertemuan ke-15 dan narasumbernya adalah Dr. Ngainun Naim. Moderator malam ini adalah Bu Sri Sugiastuti dan biasa kami panggil Bu Kanjeng.

Materi malam hari ini yaitu "Mari Kita Produktif Menulis". Setiap pertemuan kami selalu diberikan materi yang baru. Semua materi yang kami terima sangat bermanfaat untuk kemajuan kami dalam menulis. Baiklah saya akan menyampaikan CV dari narasumber malam hari ini. Silakan klik alamat di bawah ini untuk mendapatkan informasi CV Bapak Naim 👇


Pak Naim adalah seorang dosen di IAIN Tulungagung, Jawa Timur. Pak Naim memberikan informasi pada kami yang sangat bermanfaat. Sesuai dengan unggahan dari Omjay, beliau menyampaikan bahan diskusi MARI PRODUKTIF MENULIS. Jadi jika Bapak Ibu sudah produktif menulis, berarti topik ini bukan topik istimewa, dan sekadar bahan untuk renungan bersama. Beliau mengawali paparan malam ini dengan satu pendapat bahwa:

Guru adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas, besar kemungkinan kelas yang diajarnya juga berkualitas. Tapi jika gurunya kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan. Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan membangun budaya literasi. Literasi berarti budaya membaca dan menulis. Seorang guru yang mau terus membaca buku dan menulis memiliki peluang untuk semakin meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak karya yang dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan pendidikan.

Pada pertemuan ini beliau menyampaikan tentang KUNCI-KUNCI PENTING DALAM MENULIS.
Kunci itu alat untuk membuka. Alat yang bisa menjadikan kita produktif dalam menulis, sesuai judul materi yang beliau bawakan. Kata beliau kita bisa mendapatkan kunci tetapi kunci akan sebatas sebagai kunci jika tidak difungsikan. Keterlibatan kita di grup ini ibaratnya untuk mendapatkan kunci. Tapi jika sekadar mendapatkan saja dan tidak dipraktikkan, tentu kunci itu kurang fungsional. Nah, apa saja kunci-kunci penting dalam menulis itu??? Berikut ini jawabannya.

KUNCI PERTAMA ADALAH MOTIVASI. 

Apa motivasi kita selama ini?? mungkin jawabannya sudah ada di dalam benak kita masing-masing.
Motivasi menulis bisa berupa; 
  1. motivasi karir. merupakan aktivitas yang berkaitan erat dengan profesi Bapak Ibu sekalian. Implikasinya, semakin mahir menulis maka semakin lancar karir yang kita tempuh.
  2. motivasi materi; menulis itu menghasilkan honor. Bagi penulis yang sudah sangat terkenal, honor memang sangat berlimpah. Bukunya terus mengalami cetak ulang. Namun jumlah mereka yang beruntung dari sisi ini tidak terlalu banyak. Sebagian besar penulis justru kurang mendapatkan perhatian dari sisi materi.
  3. motivasi politik; menulis ditujukan untuk mencapai tujuan politik tertentu.
  4. motivasi cinta; menulis karena memang mencintai aktivitas menulis.

Nah, kita bisa memilih jenis motivasinya. Bisa juga menambah jenis motivasi di luar 4 yang beliau sebut di atas. Namun perlu diingat bahwa apa pun motivasi yang dipilih maka akan mempengaruhi terhadap tulisan atau buku yang akan dihasilkan.

KUNCI KEDUA: MEYAKINI BAHWA MENULIS ITU ANUGERAH.

Pak Naim berpendapat bahwa mau dan mampu menulis itu anugerah.
Banyak orang yang mau menulis tapi tidak mampu mengerjakannya; bisa karena kesibukan atau sejuta alasan lainnya. Banyak yang sesungguhnya mampu menulis tetapi tidak mau menulis. Karena itulah bisa menulis—bagi beliau—adalah anugerah luar biasa yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan terus menulis.
Pak Naim sangat yakin bahwa kita bisa menulis. Mengapa demikian?? Berikut ilustrasinya dari Pak Naim:

"Coba sekarang simak pengalaman menulis Bapak Ibu sekalian. Jika Bapak Ibu sekalian lulusan S1, atau S2 atau S3 berarti sudah menulis ribuan halaman. Ya, ribuan halaman. Kok sekarang mengaku nggak bisa menulis. Terus yang dulu ribuah halaman itu apa yang ditulis? Maaf jika tersinggung.
Bayangkan, saat S-1 Bapak Ibu sekalian setiap semester harus membuat makalah. Paling tidak satu semester harus membuat 10 makalah. Kalikan 10 halaman, berarti kan sudah 100 halaman. Kalikan 8 semester. Berarti kan sudah 800 halaman. Asumsinya 1000 halaman dengan laporan KKN, magang, skripsi. Jumlah halaman pasti bertambah jika Bapak Ibu lulus S2. Total halaman yang ditulis jika sampai lulus S2 saya kira paling tidak 500 halaman. Apalagi jika sampai selesai doktor. Jelas di atas 2.500 halaman. Sekarang hitung berapa laporan penelitian yang harus Bapak Ibu buat setiap tahun. Berapa laporan pengabdian. Sudah ribuan—sekali lagi ribuan—halaman yang sudah Bapak Ibu tulis."

Waaaw, memang kita tidak menyadari secara langsung bahwa kita telah banyak menulis dari masa ke masa. Jika masih ada yang kesulitan menulis padahal pengalaman menulisnya sudah ribuan halaman. Menurut Pak Naim ada beberapa kemungkinan; 
  1. Selama kuliah spesial menjadi anggota kelompok yang tidak pernah menulis makalah. Biasanya ini yang spesial membiayai foto kopi.
  2. Tidak menulis karena dibuatkan orang lain.
  3. Menulis dengan melakukan “kanibal” tulisan orang lain. Misalnya mendapatkan bahan di googe lalu dipotong sana-sini sampai berbentuk layaknya tulisan. Sekali lagi mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. 
  4. begitu mendapatkan tugas langsung berburu referensi. Tidak berpikir apa yang harus ditulis. Begitu referensi didapatkan segera dibuka, diketik, lalu tutup. Ganti referensi berikutnya, dibuka, diketik, lalu tutup. Tugas penulis biasanya di akhir kutipan: BERDASARKAN PAPARAN DI ATAS MAKA DAPAT DISIMPULKAN.

Menurut Pak Naim bahwa menulis itu membuat kita menjadi berbeda dibandingkan kawan-kawan yang lainnya. Sesederhana apa pun buku yang Bapak dan Ibu hasilkan itu tetap memiliki kontribusi penting. Jangan dengarkan nyinyiran yang tidak konstruktif. Selama Bapak Ibu sekalian terus menulis maka akan menjadikan kita sebagai makhluk yang berbeda dengan kawan-kawan lainnya.

KUNCI KETIGA: MENULIS ITU MEMBERIKAN BANYAK “KEAJAIBAN” DALAM HIDUP.

Menulis itu memberikan banyak sekali manfaat. Pak Wijaya Kusumah--Omjay-- seorang bloger, youtuber dan guru kita semua, mengatakan bahwa menulis setiap hari itu telah memberikan keajaiban dalam kehidupan.
Coba kita simak apa saja bentuk keajaiban yang beliau rasakan karena menulis.
  • mendapatkan banyak materi. Karena rajin menulis, bukunya mendapatkan banyak royalti.
  • sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum
  • memiliki banyak teman.
  • bisa membeli peralatan yang dibutuhkan dalam kehidupan. 
  • tulisan adalah alat perekam kehidupan yang ajaib.

KUNCI KEEMPAT: TIDAK MUDAH MENYERAH.

Banyak orang ingin menulis, tentu termasuk menulis buku, tetapi semangat menulisnya naik turun. Saat ikut kegiatan kepenulisan semacam ini, semangat menulisnya berapi-api. Tetapi saat kembali ke dunia nyata, ke dunia kehidupan sehari-hari, semangat itu perlahan tetapi pasti memudar dan akhirnya hilang sama sekali. Saat bersemangat, menulis berlembar-lembar halaman dalam sehari terasa ringan. Saat tidak bersemangat, satu paragraf pun terasa berat sekali. Bahkan sangat mungkin berbulan-bulan tanpa menulis sama sekali. Menulis lima paragraf yang dilakukan rutin setiap hari jauh lebih baik daripada sepuluh halaman yang dilakukan tiga bulan sekali.

KUNCI KELIMA: BERJEJARING. Jadi penulis jangan menepi. Memang saat sekarang kita harus menepi karena Corona, tetapi bukan berarti tidak berinteraksi. Bangun jejaring kepenulisan. Ikut kegiatan semacam ini juga dalam rangka berjejaring.

KUNCI KEENAM: MENULIS SEBANYAK-BANYAKNYA. Menulislah setiap hari tanpa henti. Lakukan secara terus-menerus. Jika Anda merasa tulisan Anda tidak baik maka dengan menulis setiap hari tulisan Anda akan otomatis menjadi baik.

Itulah 6 kunci penting dalam menulis yang telah diuraikan oleh Pak Naim yang bisa membuat membuat kita sekalian produktif menulis. Tapi--sekali lagi--kunci itu adalah alat. Tinggal bagaimana kunci itu digunakan secara tepat.

Lalu bagaimana menurut Pak Naim tulisan yang berkualitas itu? serta bagaimana agar tulisan dapat diterima oleh penerbit?
Jawabannya adalah Kriteria tulisan yang berkualitas yaitu (1) SELESAI DITULIS. Ini penting. Sebagus apa pun ide, jika belum selesai ditulis ya belum bagus.  (2) Minim salah ketik atau salah teknis. (3) Bahasa menarik dan didukung oleh logika berpikir yang baik. JIka ingin diterima penerbit, ikuti gaya dan kebijakan penerbit.

Kemudian bagaimana cara agar kita bisa konsisten menulis dan produktif?
Jawabannya adalah (1) Semua kebiasaan awalnya dipaksa. Bangun komitmen untuk rutin menulis. Awalnya paksa, lama-lama akan terbiasa. (2) Setiap orang memiliki jadwal yang seharusnya disusun dan ditaati.

Ada 4 jenis MALU dalam menulis: (1) MALU untuk menulis. Tidak akan bisa menulis. (2) MALU kalau menulis dan tulisannya dibaca orang. (3) MALU sudah mulai hilang. Pokoknya nulis. (4) MALU TIDAK MENULIS.

Kesimpulannya:
Tetapkan motivasi yang bisa membuat kita nyaman dan sukses dengan motivasi tersebut. Yakin bahwa menulis adalah anugerah yang luar biasa. Tetap menulis karena akan selalu ada keajaiban dalam tulisan yang kita buat. Jangan cepat menyerah jika dalam proses menulis ada suatu rintangan. Menulis sampai kita sukses dengan tulisan itu.

Alhamdulillah sangat bermanfaat materi malam hari ini. Terima kasih Pak Naim yang telah memberikan materi ini, serta terima kasih kepada semua yang mendukung terselenggaranya kegiatan belajar menulis ini.

Demikian resume yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat dan jika ada kesalahan mohon untuk dikritik dan saran di kolom komentar. Terima kasih..semoga sukses selalu. Aamiin

Salam literasi, semangat menulis, menulis dari hati, dan lihatlah apa yang terjadi..


Anik Sudarwati, S.Pd.
SDN Pelemgede 02, Pati-Jateng

Kamis, 02 Juli 2020

M.FIRMAN SUWARYA, M.KOM: TEKNIK FREEWRITING



RESUME BELAJAR MENULIS GELOMBANG 12

 Pertemuan ke-14 : Rabu, 1 Juli 2020
 Waktu : Pukul 19.00-21.00 WIB
 Narasumber : M. Firman Suwarya, M.Kom.
 Tema : Berbagi Pengalaman Menulis dan Menerbitkan Buku
 Oleh : Anik Sudarwati, S.Pd.


Selamat malam Bapak/Ibu Guru hebat di seluruh Indonesia. Malam ini saya akan menyampaikan resume Kegiatan Belajar Menulis bareng Om Jay, PGRI, dan Penerbit Andi pada pertemuan kemarin. Narasumbernya yaitu Bapak M. Firman Suwarya, M.Kom. Dipandu oleh moderator Ibu Fatimah dari Aceh.

Saya kembali antusias untuk mengikuti materi dari narasumber. Pak Firman memberikan materi tentang "Freewriting". Apa itu Freewriting??? Tunggu dulu, berikut ini saya sampaikan biodata Pak Firman terlebih dahulu. 👇

BIODATA

Nama Lengkap :  MUHAMMAD FIRMAN SUWARYA, M.KOM 
Instansi  :  SMPN UNGGULAN SINDANG INDRAMAYU 
No.WA / Telp :  085 224 494 765 
Alamat Kantor :  Jl. Raya Terusan Km.3 Terusan Sindang Indramayu Jawa Barat. 
Pendidikan : 
 - Sarjana, Teknik Informatika STMIK TC Bandung        
 - Pascasarjana, Teknik Informatika STMIK Eresha Universitas Pamulang Tangerang Banten 
Jika ingin menghubungi beliau, bisa dikunjungi melalui: 
 
1. Email :  firmansmuhammad@gmail.com 
2. IG  :  @firmansuwarya,  
3. Facebook :  Muhammad Firman Suwarya,  
4. Blog :  gubuginformatika.blogspot.com,  
5. Youtube :  Youtube.com/c/firmansuwarya 

Beliau juga sudah menerbitkan banyak buku yaitu:
  • Buku Solo: 
  1. Penerapan Exact Match Pada Singular Value Decomposition Dengan Menggunakan Discrete Cosine Transform Untuk Deteksi Pemalsuan Pada Citra (Kun Fayakun, 2019),  
  2. Persahabatan Sebening Embun (Edwrite, 2019),  
  3. Sarjana Cangkul (Jmaestro, 2019), 
  • Buku Antologi: 
  1. Ayo Belajar Informatika (Andi Offset, 2019),  
  2. Dari Film Pendek Hingga Pandai Sikek (Media Guru, 2019),  
  3. Indonesia Is We (Media Guru, 2019),  
  4. Buka Bersama Keluarga (Penerbit Mecca, 2019),  
  5. Ketika Ramadhan (Penerbit Mecca, 2019),  
  6. Sajak-sajak Penaku (Mandiri Jaya Publishing, 2019),  
  7. Syair Pena Para Pujangga (Rumah Produksi Naskah, 2019),  
  8. Story of Life (eduvation, 2019),   
  9. Tulisannya pernah beberapa kali dimuat di Surat Kabar Radar Indramayu Cirebon 
  10. Penulis artikel di media online 
Nah, sekarang saya akan mencoba memaparkan kembali materi yang telah dijelaskan oleh Pak Firman. Kembali lagi ke "freewriting". 

Freewriting adalah teknik menulis cepat tanpa hambatan. 

Secara umum memang menulis sebanyak 5 halaman itu memutuhkan waktu berjam-jam, belum lagi nanti efeknya ketemu dengan rasa bosan yang membelenggu. Dan itu memang penyakit hampir menghinggapi hampir semua penulis baik yang baru belajar nulis seperti Pak Firman katanya, ataupun mungkin penulis yang sudah menjadi penulis handal. Bahaya penyakit ini adalah baisanya diaawali menyerang ke pikiran, cirinya tiba-tiba ide-ide yang kita punya hilang entah kemana. Lalu bingung harus nulis apa lagi, puyeng, dan sederet saudara-saudaranya. Nanti dampak endingnya yaitu kita akan cape, lelah, malas untuk menulis.

Ya... Memang betul penjelasan Pak Firman, saya pun mengalaminya sebagai penulis pemula yang baru latihan. Saya belum bisa mengondisikan saat banyak tugas di sekolah yang harus saya kerjakan. Akhir tahun ajaran, setelah selesai penerimaan rapor, ganti menyelesaikan administrasi keuangan, selesai itu ganti lagi ada penulisan ijazah karena saya guru kelas 6. Jadi saya kadang sudah ingin nulis, tetapi karena pikiran saya belum bisa fokus, maka tulisan saya juga masih ada beberapa yang tersimpan di draf. Saya baru menyelesaikan resume kegiatan belajar menulis saja. Karena saya tidak mau tertinggal sampai ke pertemuan berikutnya.

Kata Pak Firman, terkadang saat malas menghinggapi, ketika mau nulis lagi, tiba-tiba mendadak mendapatkan ide yang baru. Lalu kita mulai menulis, lalu apa yang terjadi...? di tengah jalan sebelum ide baru yng menurut kita lebih bagus itu belum selesai ditulis, tiba-tiba muncul ide baru lagi,..ya.... alasan dan pikiran kita sama seperti pertama, yaitu ide baru tersebut lebih lebih dan lebih bagus dari ide pertama, ide yang mana..? Ya, ide tadi yg katanya bagus, yg belum selesai ditulis juga. Dan terus seperti itu  mandeg lagi, mandeg lagi, tidak ada kelar-kelarnya. Kondisi seperti itu dalam dunia kepenulisan biasa disebut dengan Lingkaran Setan Kebuntuan 😱 waw seraaaam.

Akhirnya, tidak ada karya yang bisa dihasilkan....!!! dan itu bisa stres, lalu bagaimana? Mungkin saja, nanti muncul ada pemikiran bapak-ibu, dan kita semua yaitu merasa bahwa tidak ada bakat untuk menjadi penulis. Inilah yang harus kita hindari sebisa mungkin. Kita harus tetap optimis untuk menulis apa yang kita sukai dan kuasai. 

Lalu, bagaimana kita bisa teknik dari Freewriting ini?
  1. segera tulis ide yg muncul, segera tulis, dan tulis sebelum ide itu hilang

  2. menulis ide yg muncul itu sangat mudah, kapan dan dimanapun, pokoknya tulis

  3. harus yakin, pokoknya tulis saja, yang lewat biarkan saja jika waktu tidak memungkinkan

  4. baru kita cek dan ricek tulisan kita

  5. kita harus menyiapkan atau meluangkan waktu, yang kita memungkinkan untuk itu dilaksanakn secara kontinyu terus menerus, ga usah lama-lama, misal 30 sampai 60 menit setiap harinya

Menulis bukan tidak ada halangannya, namun kita harus buat komitmen dengan meluangkan waktu untuk nulis. Maka jika dilakukan terus-menerus akhirnya tulisan kita pun akan bisa dibukukan. Setelah melalui proses pengecekan dan edit tulisan. 

Untuk menerapkan freewriting, tulislah apa yang kita ketahui dan kita kuasai. Tulislah dengan hati agar tulisan kita bisa menyentuh hati pembaca. Nah, bagaimana jika di tengah kita menulis akan muncul ide baru? jawabannya adalah buatlah satu tekad yaitu, ide baru akan saya tulis jika tulisan saya yang ini sudah selesai. Maka dari situ kita harus benar-benar menyelesaikan tulisan itu. 

Apa hal yang harus diterapkan dalam teknik menulis freewriting?
Jawabannya yaitu pokoknya tulis secepat-cepatnya terhadap ide yg muncul, jangan takut salah, jangan takut keliru, takut jelek hasilnya, apalaagi takut salah ketik, pokoknya tulis dan tulis sampai habis. Modalnya adalah ide, dan ide bisa muncul dari mana saja.

Intinya, dengan teknik freewriting, kita bisa menghasilkan tulisan dengan cepat tanpa takut salah. Karena ada proses editing di akhir untuk menjadikan tulisan kita berkualitas. 

Kesimpulannya:

Rasa bosan adalah penyakit yang sangat berbahaya melebihi covid 19 hati-hati dan waspada dia menyerang dengan tiba tiba maka kita harus pupuskan dengan coba dan coba lagi sampai sukses. Yakin dan percaya lah, siapa pun bisa jadi apa pun asalkan dia mau berusaha dan berdoa. Dan kunci utamanya adalah percaya diri. Terus lah menulis dan menulis jangan pernah berhenti. Wujudkan cita-cita untuk menerbitkan buku. Kobarkan semangat untuk menulis.

Terima kasih Pak Firman, Om Jay dan semua yang terlibat dalam kegiatan belajar menulis ini, yang telah memberikan ilmu tentang freewriting, semoga kami dapat mempraktikkan dengan benar dan berkelanjutan. Aamiin.. 

Demikian resume yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat dan jika ada kesalahan mmohon tinggalkan kkritik dan saran di kolom komentar untuk perbaikan tulisan saya.

Salam literasi, semangat menulis, menulis dari hati, dan buktikan apa yang terjadi.


Anik Sudarwati, S.Pd.

SDN Pelemgede 02

Blog:https://aniksudarwati22.blogspot.com/

Modul Ajar